TANJABBARAT, BULENONNEWS.COM – Pengadaan alat USG yang diperuntukan untuk puskesmas diduga mangkrak akibat tidak ada yang bisa mengoperasikannya pejabat di Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat saling lempar statman.
Alat USG yang diberikan Dinas Kesehatan ke sejumlah puskesmas yang disinyalir nilainya mencapai ratusan juta itu yang bersumber dari APBD 2022 yang datang ke puskesmas secara tiba tiba.
Hingga saat ini alat itu masih terbungkus rapi dalam kardusnya karena pihak puskesmas takut untuk mengoperasikan alat itu sebab tidak ada penyerahan secara resmi dan tidak ada pembekalan untuk mengoperasikannya.
Terkait hal itu, Sekretaris Dinkes Tanjab Barat Sahala enggan memberikan komentar. Sahala meminta untuk mengkonfirmasi hal itu ke Kepala Dinas Kesehatan (Red, Zaharudin). “Kalau tanya itu ke Pak Kadis saja,” katanya singkat saat di konfirmasi ke ruangannya.
Sementara itu, Kadinkes Tanjab Barat Zaharudin saat dikonfirmasi melalui pesan whatsapp menyebutkan jika terkait alat USG ia meminta konfirmasi ke sekretaris Dinas Kesehatan.
“Sebaiknya konfirmasi dengan Pak Sahala sebagai KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) nyo,” katanya.
Saat disebutkan jika Sekdis Sahala meminta konfirmasi ke dirinya. Zaharudin mengaku hal itu sesuai dengan tupoksi Sahala saat itu sebagai KPA. “Itu kan pengadaan 2022 KPA nya Sahala.” Tandasnya.
Terpisah, Plt Kepala Puskesmas (Kapus) Merlung Sihombing mengatakan alat USG tersebut datang sudah sejak tahun 2022 lalu. Namun, alat tersebut tidak bisa digunakan oleh pihak puskesmas.
“Alat USG ini kami tidak ada yang berani menggunakan, karena belum ada bimteknya. Kita tidak berani gunakannya,” katanya.
Plt Kepuas Merlung ini menyebutkan alat tersebut datang tanpa permintaan dari pihak puskesmas. Akan tetapi secara tiba tiba alat tersebut didatangkan oleh pihak Dinkes Tanjabbar ke Puskesmas Merlung.
“Kita tidak minta, tiba tiba datang aja alatnya,” ujarnya.
Akibat alat tersebut saat ini hanya berada di ruang kapus karena tidak ada pihak yang berani menggunakan. Seharusnya sebelum alat tersebut diberikan ke puskesmas harus terlebih dahulu ada pelatihan mengoperasikan alat uang berharga berkisar Rp 400 jutaan itu.
“Harusnya dilatih dulu, teknis pemakaian tapi ini dak ado.” Tutupnya.*
Penulis/ Editor:Amir/Otte