BANGKO-BULENONNEWS.COM. Polemik Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di desa Karang Berahi Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin, terus menjadi perbincangan Publik, baik ditingkatkan masyarakat luar maupun dikalangan warga Jambi Asal Karang Berahi sendiri.
Bagaimana tidak hal ini menjadi sorotan, pasalnya desa Karang Berahi yang terkenal sebagai desa wisata unesco batu bersurat dan bentangan sawah semi teknis Kabupaten Merangin yang luas, dengan jumlah penduduk Ribuan Jiwa itu tercemar oleh sebuah pemandangan yang merusak alam dan ekosistem oleh aktivitas PETI demi kepentingan individu.
Meski ditertibkan oleh Bupati Merangin melalui Kepala desa Karang Berahi, namun apa yang menjadi harapan masyarakat setempat, terkesan hanya sekedar melepas jawab pertanyaan masyarakat (Melepas Badan) saja, tidak ada tindakan tegas yang kongkret.
Rasa kecewa terhadap Pemerintah Kabupaten Merangin dan Aparat desa Karang Berahi, terlontar dari Putera Kelahiran desa Karang Berahi yang berdomisili di Provinsi Jambi As’ad Kadir.
Terlepas dari regulasi dan aturan, PETI di Merangin merupakan tanggungjawab moril dari Pemerintah Daerah terkait Kata As’ad, tapi malah terkesan ada pembiaran oleh Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum (APH).
” Disana ada Perdes, saya sudah lapor Bupati dan kades sudah lapor Polres Merangin, kalau kamu baca WA Syukur (Bupati-red) sangat tersinggung saya, masak Peti bergentayangan secara terbuka disitu, sementara sejarah budaya ada lengkap disitu,” ungkapnya.
As’ad juga menyorot tajam terhadap sebuah gelar disandang oleh Puad Kepala desa Karang Berahi sebagai seorang Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Provinsi Jambi.
” Selaku ketua APDESI se Provinsi Jambi, apa manfaat kebaikan yang kita ambil dari Dia, sementara desa sendiri ada jalan menuju prasasti batu bertulis yang harus diperbaiki, ada danau temalam, kembangkan sawahnya dalam peningkatan PAD desa jika di kelola dengan baik, saya tantang debat sama siapa saja, kalau ada yang bilang tidak bisa,” ketusnya lagi Jumat (14/8).
Bupati Merangin pun demikian, dengan anugerah sebagai Sultan Mudo Pemangku Alam, selayaknya PETI yang berada di sepanjang jalan Kabupaten Merangin harusnya jangan menjadi cemerinan buruk yang merusak kehidupan masyarakat.
” Jujur saja, dari awal saya bangga dengan Syukur sebagai tokoh muda yang potential, saya pendukung Syukur saya tidak melihat latar belakang dia, orang mana, demi kebaikan bersama saya dukung, tapi hari ini tidak seperti itu, bicara tentang kehidupan itu banyak sumber di Karang Berahi ini, jangan di jadikan alasan masyarakat butuh makan lah, itu cara Kolonial yang berlindung dibalik aturan dan sebagainya itu,” kata As’ad mengungkapkan kekesalannya.
Sebagai inspirasi, As’ad meminta Bupati Merangin mesti banyak belajar ke Daerah luar, seperti Siak yang baru dilantik Enam bulan, Banyuwangi, Alkapoho dan Jawa Barat, setidaknya bisa memberikan motivasinya sangat luar biasa terhadap masyarkatnya.
” Oke deh alasan dana tidak ada, mbok ya maksimalkan yang ada dengan tidak merusak alam dan hutan, salah satanya Bungo Air sudah Jernih, jadi komitmen untuk itu nyaris tidak ada di Merangin,” bebernya lagi.
Ia menyebutkan desa Karang Berahi sangat di sayangkan untuk di rusak, karena banyak orang hebat dan tokoh serta pejabat yang lahir disana.
” Saya akan giring terus, saya sudah sampaikan ke Bupati namun tindakan tidak ada, bahkan saya sudah minta tim dari aktifis lingkungan ke Polda sehingga aktifis itu sudah di panggil Kapolres Merangin dan bertemu, jadi kita tunggu perkembangan selanjutnya,” tukasnya. (Ote).