BANGKO-BULENONNEWS.COM. ‘ Dosa Lama Jangan Terulang’, hal ini disampaikan Muhammad Yani saat memberikan Interupsi tajam pada Rapat Paripurna Pengesahan RPJMD Kabupaten Merangin 2025–2029 pada Kamis (14/8) malam.
Rapat diruang AC yang itu, mulanya adem-ayem tanpa riak apa-apa, namun berubah panas seketika lantaran Ketua Fraksi NasDem ini sebelum penutupan forum. Wakil Ketua DPRD I Herman Effendi, yang memimpin rapat bersama Waka II, Ahmad Fahmi, harus memberi ruang bagi suara lantang Muhammad Yani.
Dengan nada penuh peringatan, Yani menyebut bahwa pengesahan RPJMD ini adalah “titik nol koordinat pembangunan Merangin” yang akan menentukan arah empat tahun ke depan. Namun ia tak lupa menyinggung “dosa-dosa lama” pemerintahan sebelumnya yang dianggap gagal menjalankan RPJMD sesuai visi misi.
“Dulu kita menggaungkan Merangin Unggul di sektor pertanian dan pariwisata. Faktanya, pariwisata kita mati suri, pertanian memprihatinkan. Tidak ada pembagian traktor, tidak ada eksepator. Tapi kita masih berani bilang unggul?,” tegasnya.
Mantan aktivis ini bahkan menembakkan kritik tajam pada proyek mangkrak yang menguras APBD. Ia mencontohkan gedung di Jalur Dua Talang Kawo yang menghabiskan miliaran rupiah namun tak pernah dimanfaatkan, justru membebani anggaran perawatan.
“Ini sangat merugikan negara. Jangan sampai Merangin Baru nanti mengulang hal yang sama,” sindirnya.
Lebih jauh, legislator yang menjalani periode keduanya di DPRD Merangin ini menyinggung dua peristiwa politik nasional yang menurutnya menjadi pelajaran pahit, yakni bupati yang kena OTT KPK dan bupati yang dimakzulkan rakyatnya. Pesannya jelas, jika kebijakan tak berpihak pada rakyat, kehancuran adalah konsekuensi.
Ia merangkai interupsinya dengan peringatan sekaligus harapan, “Merangin Baru bukan slogan, Merangin Jaya bukan yel-yel. Ini mimpi masyarakat. Jangan sampai perjalanan ini keluar dari rel RPJMD yang sudah kita tetapkan.”
Forum akhirnya ditutup, RPJMD sudah disahkan. Namun “alarm politik” yang dibunyikan NasDem malam itu seolah menjadi pesan terselubung, pengkhianatan terhadap peta jalan pembangunan bisa berujung pada kehancuran politik.(*)